Selasa, 17 Juni 2008

Kasih Sayang Seorang Ibu

Saat kamu berumur 15 tahun, dia pulang kerja ingin memelukmu. Sebagai balasannya, kau kunci pintu kamarmu.

Saat kamu berumur 16 tahun, dia ajari kau mengemudi mobilnya. Sebagai balasannya, kau pakai mobilnya setiap ada kesempatan tanpa peduli kepentingannya.

Saat kamu berumur 17 tahun, dia sedang menunggu telepon yang penting. Sebagai balasannya, kau pakai telepon nonstop semalaman.

Saat kamu berumur 18 tahun, dia menangis terharu ketika kau lulus SMA. Sebagai balasannya, kau berpesta dengan temanmu hingga pagi.

Saat kamu berumur 19 tahun, dia membayar biaya kuliahmu dan mengantarmu ke kampus pada hari pertama. Sebagai balasannya, kau minta diturunkan jauh dari pintu gerbang agar kau tidak malu di depan teman-temanmu.

Saat kamu berumur 20 tahun, dia bertanya, "Dari mana saja seharian ini?". Sebagai balasannya, kau jawab,"Ah Ibu cerewet amat sih, ingin tahu urusan orang!"

Saat kamu berumur 21 tahun, dia menyarankan satu pekerjaan yang bagus untuk karirmu di masa depan. Sebagai balasannya, kau katakan, "Aku tidak ingin seperti Ibu."

Saat kamu berumur 22 tahun, dia memelukmu dengan haru saat kau lulus perguruan tinggi. Sebagai balasannya, kau tanya dia kapan kau bisa ke Bali.

Saat kamu berumur 23 tahun, dia membelikanmu 1 set furniture untuk rumah barumu. Sebagai balasannya, kau ceritakan pada temanmu betapa jeleknya furniture itu.

Saat kamu berumur 24 tahun, dia bertemu dengan tunanganmu dan bertanya tentang rencananya di masa depan. Sebagai balasannya, kau mengeluh,"Bagaimana Ibu ini, kok bertanya seperti itu?"

Saat kamu berumur 25 tahun, dia membantumu membiayai penikahanmu. Sebagai balasannya, kau pindah ke kota lain yang jaraknya lebih dari 500 km.

Saat kamu berumur 30 tahun, dia memberikan beberapa nasehat bagaimana merawat bayimu. Sebagai balasannya, kau katakan padanya, "Bu, sekarang jamannya sudah berbeda!"

Saat kamu berumur 40 tahun, dia menelepon untuk memberitahukan pesta ulang tahun salah seorang kerabat. Sebagai balasannya, kau jawab, "Bu, saya sibuk sekali, nggak ada waktu."

Saat kamu berumur 50 tahun, dia sakit-sakitan sehingga memerlu-kan perawatanmu. Sebagai balasannya, kau baca tentang pengaruh negatif orang tua yang menumpang tinggal di rumah anak-anaknya.

Dan hingga suatu hari, dia meninggal dengan tenang. Dan tiba-tiba kau teringat semua yang belum pernah kau lakukan, karena mereka datang menghantam HATI mu bagaikan petir yang menyambar di siang bolong.

JIKA BELIAU MASIH ADA, JANGAN LUPA MEMBERIKAN KASIH SAYANGMU LEBIH DARI YANG PERNAH KAU BERIKAN SELAMA INI DAN JIKA BELIAU SUDAH TIADA, INGATLAH KASIH SAYANG DAN CINTANYA YANG TULUS TANPA SYARAT KEPADAMU.

Aku sering sekali menangis jika aku memikirkan tentang ibuku, apalagi tentang pertanyaan ini, Apa yang sudah aku berikan kepada Ibuku?... apalagi jika aku berpikir kalau nanti ibuku telah pergi dari dunia ini. Aku belum siap. Sungguh, aku belum siap. Rasa tangis mungkin tidak bisa aku bendung, dan pasti aku tidak bisa memaafkan diriku karena kehilangan ibuku tanpa sesuatu yang berharga untuknya.

Aneh... kenapa seorang ibu selalu saja mencintai anaknya lebih dari mereka mencintai dirinya. Tapi kenapa aku tidak bisa seperti itu, kenapa?

Kenapa aku tidak bisa seperti temanku, yang sangat mencintai ibunya melebihi apapun, waktunya dan kehidupannya untuk ibunya. Sehingga setiap harinya, seolah ada malaikat yang selalu membantunya. Aku yakin sekali bahwa "Surga berada di telapak kaki ibu". Jadi dengan membuat Ibu senang, pasti kehidupan kita akan selalu lurus, baik, indah dan bermakna. Aku yakin tentang itu.... Tetapi kenapa selama ini aku tidak bisa mencintai dia melebihi apapun. Apakah harus kehilangan dia, baru aku mencintainya...

Ada temanku yang lain.. yang sungguh mencintai ibunya dan adik-adiknya. Dia menjadi penentu hidup ibu dan adik-adiknya. Karena ayahnya sudah meninggal waktu dia SMA. Apakah harus seperti itu, baru aku sadar?

Sungguh beruntung aku, sampai saat ini masih bisa merasakan kasih sayang dari ibuku, masih bisa mendengar suaranya, masih bisa menatap matanya dan untuk sekarang aku menangis karena mungkin masih bisa meminta maaf atas kesalahan aku selama ini. Meminta maaf karena sering melawannya, sering membuatnya sedih, meminta maaf karena tidak bisa membalas budinya.... Ohh... Ibu... Mama... Bunda... Maafkan aku...

Mungkin yang bisa kulakukan sekarang ini adalah, berdoa agar ibuku serta ayahku agar bahagia dunia akhirat, selalu sayang kepada anak-anaknya sampai akhir hayat. Jika nanti aku bertemu dengan ibuku, aku harus bilang, kalau aku sungguh menyayanginya.... Dan aku selalu berusaha untuk selalu membuat dia tersenyum... Aku tidak mau menyesal...

Aku atau kita sungguh beruntung masih bisa memiliki ibu dan ayah... Coba kalian pikirkan, jika kehilangan mereka detik ini, kalian tidak akan merasakan kasih sayang mereka, kalian tidak bisa menyentuhnya, walaupun sebenarnya mereka tidak akan hilang di hati kalian... Mulai sekarang, sadarlah, cobalah untuk mengingat kasih sayang Ibumu dan ayahmu... Jika ibumu dan ayahmu pernah marah kepada kalian, ingat selalu bahwa mereka sungguh menyayangi kalian.. Mereka hanya ingin anaknya menjadi orang lebih baik dari mereka... Ikrarkan dalam hati kalian saat ini untuk selalu berusaha menyenangkan mereka... menyenangkan Ibu.. Mama.. Bunda.. Ayah..

Tidak ada komentar: